Al-Qur'aniyy Az-Zayadiyy
Berbagi Kisah Tentang Dunia Pesantren
ZADATV
Thursday, November 12, 2020
Saturday, December 7, 2019
Hadirilah Pengajian Akbar
dalam rangka
Maulid Nabi Muhammad SAW
Haul KH. Ahmad Zayadi Notokartono yang ke-19
Haul Ibu Hj. Fatimah Notokartono yang ke 45
Tasyakuran Khitanan Masal
Rabu, 18 Desember 2019
Pukul 19.00 WIB
Bertempat di Pondok Pesantren Az-Zaayadiyy
Jl. Kabangan 2/3 Bumi, Laweyan, Surakarta
Mauidlh Hasanah oleh :
Maulana Al-Habib Muhhmad Luthfi bin Yahya
dari Pekalongan
Thursday, October 25, 2018
Wednesday, October 24, 2018
Pendaftaran Khitanan Massal Tahun 2018
Pendaftaran khitanan massal dapat dilakukan melalui 3 Jalur
1. Pendaftran Langsung
Wali peserta khitan datang ke pondok menyampaikan data2 yg diperlukan. Kemudian Petugas Pendaftaran mencatat.
2. Pendaftaran melalui SMS atau WA.
Wali perserta khitan memberikan data2 melalui SMS atau WA. Kemudian petugas pendaftaran mencatat.
3. Pendaftaran Online
Mengisi formulir online melalui link pendaftaran khitan.
Data yg diisi adalah
- Nama Peserta Khitan
- Tempat, Tanggal Lahir
- Alamat
- Ukuran Baju Koko
- Ukuran Songkok
- Nama Wali
- No. HP
Link Pendaftaran Online
KLIK DI SINI UNTUK DAFTAR
1. Pendaftran Langsung
Wali peserta khitan datang ke pondok menyampaikan data2 yg diperlukan. Kemudian Petugas Pendaftaran mencatat.
2. Pendaftaran melalui SMS atau WA.
Wali perserta khitan memberikan data2 melalui SMS atau WA. Kemudian petugas pendaftaran mencatat.
3. Pendaftaran Online
Mengisi formulir online melalui link pendaftaran khitan.
Data yg diisi adalah
- Nama Peserta Khitan
- Tempat, Tanggal Lahir
- Alamat
- Ukuran Baju Koko
- Ukuran Songkok
- Nama Wali
- No. HP
Link Pendaftaran Online
KLIK DI SINI UNTUK DAFTAR
Thursday, October 18, 2018
Rangkaian Acara Haul Alm. KH. Ahmad Zayadi Notokartono Tahun 2018
Dalam rangka
menyambut bulan Maulud 1439 H, Pondok Pesantren
Az-Zayadiyy akan menyelenggarakan rangkaian kegiatan berupa Khitanan Massal dan Pengajian Akbar.
Khitanan massal
Hari Pelaksanaan : Ahad, 11 November 2018
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : PonPes Az-Zayadiyy (Jl. Kabangan 2/3, Bumi, Laweyan, Surakarta)
Segera Daftar melalui link di bawah ini :
Pengajian Akbar
Hari Pelaksanaan : Selasa, 20 November 2018
Waktu : 19.00 - selesai
Tempat : PonPes Az-Zayadiyy (Jl. Kabangan 2/3, Bumi, Laweyan, Surakarta)
Acara :
1. Majelis Dzikir, Tahlil & Sholawat
2. Pengajian Akbar oleh Maulana Al Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan
Acara :
1. Majelis Dzikir, Tahlil & Sholawat
2. Pengajian Akbar oleh Maulana Al Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan
Sunday, July 16, 2017
Rekaman Semaan dan Pengajian Tafsir Alquran KH. Abdul Karim
Berikut ini kami bagikan Rekaman Majlis Semaan dan Pengajian Tafsir Alquran KH. Abdul Karim. Majlis ini diadakan di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyy Az-Zayadiyy Surakarta, setiap Senin keempat dan Rabu kedua, pukul 08.00 s/d 10.00 WIB.
Menu Download
Rekaman Juz 1
Rekaman Juz 2 - selesai Al-Baqoroh
Rekaman Juz 3-4 (Surat Ali Imron)
Rekaman Juz 4 (An-Nisa)
Rekaman Juz 5
Rekaman Juz 6
Menu Download
Rekaman Juz 1
Rekaman Juz 2 - selesai Al-Baqoroh
Rekaman Juz 3-4 (Surat Ali Imron)
Rekaman Juz 4 (An-Nisa)
Rekaman Juz 5
Rekaman Juz 6
Pendaftaran Santri Baru Ditutup
Mohon Maaf. Dikarenakan kondisi kamar yang sudah penuh, maka Pendaftaran Santri Baru di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyy Az-Zayadiyy untuk sementara kami tutup (17 Juli 2017). Informasi selengkapnya bisa menghubungi 085728527046 (Maman)
Thursday, June 8, 2017
Tuesday, June 6, 2017
Qur'an Pojok
Sejak awal kemunculan “Qur’an Pojok” (sebutan untuk mushaf yang
setiap halaman diakhiri dengan penghabisan ayat – dalam bahasa Turki
disebut āyet ber-kenār) di Turki pada akhir abad ke-16, mushaf
jenis ini terkait erat dengan para penghafal Al-Qur’an. Setiap halaman
yang diakhiri dengan akhir ayat sangat memudahkan para penghafal dalam
mempelajari tahap-tahap hafalan.
Dalam sejarahnya, di Turki, “Qur’an Pojok” paling tua adalah sebuah mushaf bertahun 1598, dengan 14 baris tulisan (Derman 2010: 103). Pada awalnya, jumlah baris setiap halaman bervariasi, namun
sejak paruh kedua abad ke-18 mushaf jenis ini selalu terdiri atas 15 baris, dan ini menjadi standar sampai berakhirnya penyalinan naskah mushaf secara manual pada akhir abad ke-19 (Stanley2004: 59).
Selama beberapa dasawarsa sejak awal tahun 1930-an, produksi mushaf diIndonesiadidominasi oleh cetak ulang “Qur’an Bombay” yang berciri huruf tebal. Keadaan itu berlangsung hingga tahun 1970-an, ketika Penerbit Menara Kudus mulai mencetak “Qur’an Sudut” (nama lain model ini) untuk memenuhi kebutuhan para santri yang belajar menghafal Al-Qur’an.
Di sini, sekali lagi, terlihat adanya kaitan yang sangat erat antara pencetakan mushaf jenis ini dengan aktivitas menghafal Al-Qur’an. Menurut informasi, Penerbit Menara Kudus memperoleh “Qur’an Pojok” yang dicetaknya itu dari Kiai Arwani Amin, pengasuh Pesantren Yanbu’ul Qur’an, pesantren khusus menghafal Qur’an yang terkenal di Kudus. Pesantren ini memiliki ribuan santri.
Penerbit Menara Kudus tidak mencantumkan nama penulis “Qur’an Pojok” yang dicetaknya. Namun, dari perbandingan tulisan, dapat diketahui secara pasti bahwa Qur’an tersebut adalah reproduksi (copy ulang) sebuah Qur’an yang diterbitkan oleh Percetakan Usman Bik, Turki. Di bagian belakang mushaf terdapat kolofon bahwa mushaf ini ditulis oleh Mustafa Nazif, dan telah ditashih oleh Hai’ah Tadqiq al-Masahif asy-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan Usman Bik, Jumada al-Ula 1370 H (Februari-Maret 1951). Di bagian flap sampul terdapat tulisan “Muhammad Salih Ahmad Mansur al-Baz al-Kutubi bi-Bab al-Islam bi-Makkah al-Mukarramah” – barangkali merupakan pedagang kitab di Mekah yang mengedarkan Al-Qur’an ini.
Ukuran mushaf aslinya adalah 19,5 x 13,5 cm, tebal 5 cm, sedangkan ukuran mushaf Menara Kudus 15,5 x 11,5 cm, tebal 2,5 cm. Ukuran ini termasuk kecil dibandingkan dengan ukuran Al-Qur’an pada umumnya waktu itu. Ukuran tersebut sesuai dengan keperluan praktis para penghafal Al-Qur’an, sehingga lebih mudah dibawa-bawa para santri dalam latihan menghafal sehari-hari.
Karena Al-Qur’an ini memiliki beberapa perbedaan dalam hal ejaan tulisan seperti yang ada dalam “Qur’an Bombay” yang telah biasa digunakan masyarakat luas, di bagian belakang mushaf yang dicetak Penerbit Menara Kudus itu terdapat uraian tambahan dalam aksara Jawi berjudul “Bacaan Qur’an yang Perlu Diperhatikan”. Tulisan ini disusun oleh Kiai Sya’roni Ahmad, Kudus, serta ditashih dan disempurnakan oleh Kiai Arwani Amin. Pada halaman berikutnya terdapat “Surat Tanda Tashih” dari Lajnah Pentashih Al-Qur’an, Kementerian Agama RI, dan di bawahnya ada pernyataan “Cetakan al-Qur’an ini telah diperiksa dan diteliti oleh (1) al-‘Allamah al-Hafiz Kiai Arwani Amin, (2) al-Mukarram al-Hafiz Kiai Hisyam, Kudus, (3) al-Muhtaram al-Hafiz Kiai Sya’roni Ahmad, Kudus” dengan tanda tangan masing-masing.
Penerbit Menara Kudus memperoleh izin mengedarkan Qur’an dari Kepala Lembaga Lektur Keagamaan tanggal 29 Mei 1974, setelah Al-Qur’an tersebut selesai ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Kementerian Agama RI, pada tanggal 16 Mei 1974. Sejak itu penerbit ini secara tekun mencetak mushaf ini hingga sekarang. Selama sekitar 25 tahun Penerbit Menara Kudus mungkin merupakan satu-satunya pencetak mushaf āyet ber-kenār di Indonesia, karena hingga tahun 2000-an cetakan Al-Qur’an alaBombay masih cukup dominan di pasar mushaf di Indonesia. Peran sebagai satu-satunya penerbit “Qur’an Pojok” selama dua setengah dasawarsa itu menjadikan Al-Qur’an yang diterbitkannya itu melekat di hati masyarakat, sehingga mereka menyebutnya sebagai “Qur’an Kudus”. Istilah ini sangat melekat di kalangan para penghafal Qur’an, dan digunakan di hampir semua pesantren tahfiz diIndonesia sampai akhir abad lalu.
Namun tidak semua “Qur’an Pojok” yang beredar di Indonesiamerupakan hasil cetak ulang atas Al-Qur’an dari Turki. Penerbit Wicaksana, Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 2001 menerbitkan Al-Qur’an hasil karya Safaruddin, dari Panunggalan, yang selesai ditulisnya pada tahun 1418 H (1997-98). Reka letak ayat mushaf ini sama dengan “Qur’an Kudus” yang telah dikenal luas di masyarakat. Namun, berbeda dengan “Qur’an Kudus” yang menggunakan rasm imla’i (atau rasm usmani asasi), Al-Qur’an ini menggunakan rasm usmani sepenuhnya seperti halnya “Qur’an Bombay” yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia.
http://lajnah.kemenag.go.id
Download Al-Quran Dan Terjemah Indonesia Menara Kudus Full
Dalam sejarahnya, di Turki, “Qur’an Pojok” paling tua adalah sebuah mushaf bertahun 1598, dengan 14 baris tulisan (Derman 2010: 103). Pada awalnya, jumlah baris setiap halaman bervariasi, namun
sejak paruh kedua abad ke-18 mushaf jenis ini selalu terdiri atas 15 baris, dan ini menjadi standar sampai berakhirnya penyalinan naskah mushaf secara manual pada akhir abad ke-19 (Stanley2004: 59).
Selama beberapa dasawarsa sejak awal tahun 1930-an, produksi mushaf diIndonesiadidominasi oleh cetak ulang “Qur’an Bombay” yang berciri huruf tebal. Keadaan itu berlangsung hingga tahun 1970-an, ketika Penerbit Menara Kudus mulai mencetak “Qur’an Sudut” (nama lain model ini) untuk memenuhi kebutuhan para santri yang belajar menghafal Al-Qur’an.
Di sini, sekali lagi, terlihat adanya kaitan yang sangat erat antara pencetakan mushaf jenis ini dengan aktivitas menghafal Al-Qur’an. Menurut informasi, Penerbit Menara Kudus memperoleh “Qur’an Pojok” yang dicetaknya itu dari Kiai Arwani Amin, pengasuh Pesantren Yanbu’ul Qur’an, pesantren khusus menghafal Qur’an yang terkenal di Kudus. Pesantren ini memiliki ribuan santri.
Penerbit Menara Kudus tidak mencantumkan nama penulis “Qur’an Pojok” yang dicetaknya. Namun, dari perbandingan tulisan, dapat diketahui secara pasti bahwa Qur’an tersebut adalah reproduksi (copy ulang) sebuah Qur’an yang diterbitkan oleh Percetakan Usman Bik, Turki. Di bagian belakang mushaf terdapat kolofon bahwa mushaf ini ditulis oleh Mustafa Nazif, dan telah ditashih oleh Hai’ah Tadqiq al-Masahif asy-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan Usman Bik, Jumada al-Ula 1370 H (Februari-Maret 1951). Di bagian flap sampul terdapat tulisan “Muhammad Salih Ahmad Mansur al-Baz al-Kutubi bi-Bab al-Islam bi-Makkah al-Mukarramah” – barangkali merupakan pedagang kitab di Mekah yang mengedarkan Al-Qur’an ini.
Ukuran mushaf aslinya adalah 19,5 x 13,5 cm, tebal 5 cm, sedangkan ukuran mushaf Menara Kudus 15,5 x 11,5 cm, tebal 2,5 cm. Ukuran ini termasuk kecil dibandingkan dengan ukuran Al-Qur’an pada umumnya waktu itu. Ukuran tersebut sesuai dengan keperluan praktis para penghafal Al-Qur’an, sehingga lebih mudah dibawa-bawa para santri dalam latihan menghafal sehari-hari.
Karena Al-Qur’an ini memiliki beberapa perbedaan dalam hal ejaan tulisan seperti yang ada dalam “Qur’an Bombay” yang telah biasa digunakan masyarakat luas, di bagian belakang mushaf yang dicetak Penerbit Menara Kudus itu terdapat uraian tambahan dalam aksara Jawi berjudul “Bacaan Qur’an yang Perlu Diperhatikan”. Tulisan ini disusun oleh Kiai Sya’roni Ahmad, Kudus, serta ditashih dan disempurnakan oleh Kiai Arwani Amin. Pada halaman berikutnya terdapat “Surat Tanda Tashih” dari Lajnah Pentashih Al-Qur’an, Kementerian Agama RI, dan di bawahnya ada pernyataan “Cetakan al-Qur’an ini telah diperiksa dan diteliti oleh (1) al-‘Allamah al-Hafiz Kiai Arwani Amin, (2) al-Mukarram al-Hafiz Kiai Hisyam, Kudus, (3) al-Muhtaram al-Hafiz Kiai Sya’roni Ahmad, Kudus” dengan tanda tangan masing-masing.
Penerbit Menara Kudus memperoleh izin mengedarkan Qur’an dari Kepala Lembaga Lektur Keagamaan tanggal 29 Mei 1974, setelah Al-Qur’an tersebut selesai ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Kementerian Agama RI, pada tanggal 16 Mei 1974. Sejak itu penerbit ini secara tekun mencetak mushaf ini hingga sekarang. Selama sekitar 25 tahun Penerbit Menara Kudus mungkin merupakan satu-satunya pencetak mushaf āyet ber-kenār di Indonesia, karena hingga tahun 2000-an cetakan Al-Qur’an alaBombay masih cukup dominan di pasar mushaf di Indonesia. Peran sebagai satu-satunya penerbit “Qur’an Pojok” selama dua setengah dasawarsa itu menjadikan Al-Qur’an yang diterbitkannya itu melekat di hati masyarakat, sehingga mereka menyebutnya sebagai “Qur’an Kudus”. Istilah ini sangat melekat di kalangan para penghafal Qur’an, dan digunakan di hampir semua pesantren tahfiz diIndonesia sampai akhir abad lalu.
Namun tidak semua “Qur’an Pojok” yang beredar di Indonesiamerupakan hasil cetak ulang atas Al-Qur’an dari Turki. Penerbit Wicaksana, Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 2001 menerbitkan Al-Qur’an hasil karya Safaruddin, dari Panunggalan, yang selesai ditulisnya pada tahun 1418 H (1997-98). Reka letak ayat mushaf ini sama dengan “Qur’an Kudus” yang telah dikenal luas di masyarakat. Namun, berbeda dengan “Qur’an Kudus” yang menggunakan rasm imla’i (atau rasm usmani asasi), Al-Qur’an ini menggunakan rasm usmani sepenuhnya seperti halnya “Qur’an Bombay” yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia.
http://lajnah.kemenag.go.id
Download Al-Quran Dan Terjemah Indonesia Menara Kudus Full
Subscribe to:
Posts (Atom)
PENDAFTARAN SANTRI TH. 2020 DITIADAKAN
Mohon Maaf Pendaftaran Santri Tahun 2020 Kami Tiadakan. Silakan menunggu informasi di Tahun 2021 .
-
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Az-Zayadiyy didirikan pada tahun 2004 oleh KH. Abdul Karim (Gus Karim) dan Ir.H. Fatchur Rochman. Pondok ...
-
Dalam rangka menyambut bulan Maulud 1439 H, Pondok Pesantren Az-Zayadiyy akan menyelenggarakan rangkaian kegiatan berupa Khitanan Ma...